Saturday, September 8, 2012

A summary of useful Linux commands


i got this from a pdf document
squadron@powerup.com.au
Starting & Stopping
shutdown -h now        Shutdown the system now and do not reboot
halt                             Stop all processes - same as above
shutdown -r 5             Shutdown the system in 5 minutes and reboot
shutdown -r now         Shutdown the system now and reboot
reboot                        Stop all processes and then reboot - same as above
startx                          Start the X system
Accessing & mounting file systems
mount -t iso9660 /dev/cdrom/mnt/cdrom  : 
Mount the device cdrom and call it cdrom under the /mnt directory
mount -t msdos /dev/hdd /mnt/ddrive :  
Mount hard disk “d” as a msdos file system and call it ddrive under the /mntn directory
mount -t vfat /dev/hda1/mnt/cdrive :  
Mount hard disk “a” as a VFAT file system and call it cdrive under the /mnt directory
umount /mnt/cdrom :  
Unmount the cdrom

Finding files and text within files
find / -name fname
Starting with the root directory, look for the file called fname
find / -name ”*fname*”
Starting with the root directory, look for the file containing the string fname
locate missingfilename
Find a file called missingfilename using the locate command - this assumes you have already used the command updatedb (see next)
updatedb : 
Create or update the database of files on all file systems attached to the linux root directory
which missingfilename :
Show the subdirectory containing the executable file called missingfilename
grep textstringtofind /dir :
Starting with the directory called dir , look for and list all files containing textstringtofind

Linux Quick Reference








Sejarah GNU LInux Indonesia

Linux Dasar

18 Oktober 2004 - 04:54 WIBB 
Hikayat GNU/Linux di Indonesia
Rahmat M. Samik-Ibrahim, Ketua vLSM.org, http://rms46.vlsm.org/

Sejarah kelahiran GNU/Linux telah banyak ditulis, tapi tidak tentang sejarah sistem operasi (sisop) itu di Indonesia. Inilah hikayat itu, yang sedikit subyektif karena digali dari ingatan penulis selama di Pusat Ilmu Komputer UI pada 1980-an.

Waktu itu tahun 1980-an, akhir zaman keemasan komputer mini. Setiap komputer mini--yang tak secanggih main-frame, namun setiap sistem masih terdiri dari bongkahan besar--menggunakan sisop tersendiri, yang tak cocok (kompatibel) dengan sisop dari sistem lainnya. Sebuah program yang dikembangkan pada sistem tertentu juga belum tentu dengan mudah dapat dijalankan pada sistem lainnya. Nama besar era tersebut misalnya "DEC-Digital Equipment Corp.", "DG--Data General", "HP--Hewlett Packard", "Honeywell--Bull", dan "Prime".

Kemudian muncul sisop "UNIX[TM]", yang dapat dijalankan pada berbagai jenis komputer, bahkan pada generasi komputer "super mikro", yang berbasis prosesor 32 bit seperti Motorola MC68000. Ya, pada waktu itu Motorola belum terkenal sebagai produser telepon genggam!

Di Universitas Indonesia, sistem berbasis UNIX pertama (1983) adalah "Dual 83/20" dengan sisop UNIX versi 7, memori 1 Mbyte, serta disk 8" dengan kapasitas 20 Mbytes. Penelitian menggunakan komputer yang sekarang nampak amat kuno itu telah menghasilkan puluhan sarjana S-1, yang pada saat itu berkisar dalam jaringan komputer, seperti pengembangan email (PESAN), alih berkas (MIKAS), porting UUCP, X.25, LAN ethernet, dan network printer server.

Komputer "Dual 83/20" kemudian lebih dikenal dengan sebutan "INDOGTW" (Indonesian Gateway), karena pada akhir 1980-an digunakan sebagai dedicated email server ke luar negeri yang beroperasi 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Sementara itu, fungsi riset sistem itu digantikan komputer baru "INDOVAX", yaitu DEC VAX-11/750 dengan sistem unix 4.X BSD dengan memori 2 Mbytes, serta disk 300 Mbytes. Pada waktu itu sangat lazim menamakan satu-satunya VAX pada setiap institusi dengan akhiran "VAX". Sistem ini pun, yang sekarang nampak ketinggalan, menghasilkan puluhan sarjana S-1 UI untuk berbagai penelitian seperti rancangan VLSI, X.400, dan sejenisnya.

Kehadiran prosesor Intel 80286 (lalu 80386) kemudian mendorong pengembangan sisop "XENIX". Harga sistem yang relatif murah menyebabkan kenaikan populasi sistem Unix yang cukup signifikan di Indonesia. Aplikasi yang populer untuk sistem ini ialah sistem basis data Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Untuk mewadahi para pengguna dan penggemar UNIX yang mulai berkembang dibentuk sebuah Kelompok Pengguna Unix (Unix Users Group) yaitu INDONIX, yang dimotori "Didik" Partono Rudiarto (kini pimpinan INIXINDO).

Pada awalnya, setiap sistem operasi Unix dilengkapi kode sumber (source code). Namun, akibat regulasi Amerika, hal itu tak berlaku untuk negara non Amerika (terutama non Eropa). Sebagai alternatif, Prof. Andrew S. Tanenbaum dari VU (Belanda) membuat "MINIX" (Mini Unix). Program Studi Ilmu Komputer UI pernah membeli source code MINIX versi 1.2 (1987) dan versi 1.5 (1999).

Sayang MINIX memiliki dua kelemahan bawaan. Pertama, sisop ini dibuat agar mudah dipelajari, jadi dengan sengaja tidak dibuat canggih dan rumit--MINIX bahkan dapat dijalankan pada PC biasa tanpa Harddisk! Kedua, (pada awalnya) MINIX harus dibeli dengan harga lebih dari US $ 100 per paket, yang tak murah untuk mahasiswa manapun.

Besar kemungkinan, siapa pun pengguna MINIX saat itu (termasuk penulis), pernah mengangankan untuk merancang kernel "idaman" pengganti MINIX yang dapat "dioprek", "dipercanggih", dan "didistribusikan" dengan bebas. Tidak heran, ketika tahun 1991 Linus B. Torvalds mengumumkan kehadiran kernel "idaman" melalui buletin USENET News "comp.os.minix", sambutan amat hangat. Kernel ini kemudian lebih dikenal dengan nama Linux.

Belum jelas siapa yang pertama kali membawa Linux ke Indonesia. Namun, yang pertama kali mengumumkan kepada publik (melalui milis pau-mikro) ialah Paulus Suryono Adisoemarta. Waktu itu, pada 1992, Bung Yono--nama akrabnya--datang dari Texas membawa distro SoftLanding System (SLS) dalam beberapa keping disket. Kernel Linux pada distro tersebut masih revisi 0.9X (alpha testing), dengan kemampuan dukungan jaringan yang sangat terbatas. Karena pada awal 1990-an kisaran harga sebuah kartu ethernet US $ 500 (sekarang hanya berharga US $ 5), dapat dimaklumi jika pengembang LINUX jarang berkesempatan mengembangkan driver ethernet.

Periode 1992-1994 merupakan masa vakum. Baru ketika Kernel Linux 1.0 keluar pada 1994-an, gairah muncul lagi. Salah satu distro yang masuk ke Indonesia tahun itu ialah Slackware (kernel 1.0.8). Distro tersebut cukup lengkap dan stabil, hingga di UI merangsang tumbuhnya komunitas GNU/Linux. PC--umumnya dengan spesifikasi prosesor 386 dan 486, memori antara 4-8 Mbytes, dan hardisk 40-100 Mbyte--pun dibuat "dual boot", yaitu dapat dalam mode DOS atau Linux.

Tahun 1994 merupakan tahun penuh berkah. Tiga penyelenggara Internet sekaligus mulai beroperasi: IPTEKnet, INDOnet, dan RADnet. Pada tahun berikutnya (1995), telah tercatat beberapa institusi mulai mengoperasikan GNU/Linux sebagai production system, seperti BPPT (mimo.bppt.go.id), IndoInternet (kakitiga.indo.net.id), Sustainable Development Network (www.sdn.or.id dan sangam.sdn.or.id), dan Universitas Indonesia (haur.cs.ui.ac.id).

Kehadiran internet di Indonesia merangsang tumbuhnya sebuah industri baru, yang dimotori oleh para enterpreneur muda. Mengingat GNU/Linux merupakan salah satu pendukung dari industri baru tersebut, tidak dapat disangkal bahwa ini merupakan faktor yang cukup menentukan perkembangan GNU/Linux di Indonesia. Selama perioda 1995-1997, GNU/Linux secara perlahan mulai menyebar ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan krisis monetor 1997 pun tak dapat menghentikan penyebarannya.

Sebelum 1997, pertanyaannya mungkin "Apa itu Linux?". Alhamdulillah, sekarang menjadi sebaliknya: "Anda belum kenal Linux?"

Catatan: Nama-nama tersebut diatas, merupakan merek dagang dari masing-masing pemiliknya.

URL Terkait:
============

Catatan: Artikel ini dapat Anda baca juga di Koran Tempo tanggal 12 September 2003

Kiat-kiat Migrasi ke Linux

Linux Dasar

18 Oktober 2004 - 05:05 WIBB 
Kiat bermigrasi ke GNU/Linux
Harry Sufehmi, Senior Analyst
Birmingham City Council - http://www.birmingham.gov.uk
Koordinator Tim DWKL - http://www.dariwindowskelinux.com

Anda ingin bermigrasi ke solusi open-source, seperti GNU/Linux, tapi tidak tahu bagaimana caranya ? Ikutilah 10 langkah berikut ini, agar dapat melakukan proses migrasi dengan masalah seminimal mungkin.

1.Dapatkan dukungan dari pihak manajemen (management buy-in)

Dukungan dari pihak manajemen akan sangat mempermudah pekerjaan Anda. Kerjasama dari berbagai pihak akan menjadi lebih mudah untuk didapatkan dalam menjalankan proyek ini.

Beberapa argumen untuk menggunakan solusi open-source bisa Anda baca dari situs berikut ini: http://www.dariwindowskelinux.com/misc/about.htm

Sebetulnya, seringkali tanpa persetujuan manajemen pun Anda tetap dapat melakukan migrasi ke solusi open-source. Misalnya, Anda memigrasikan server email di kantor. Lalu ketika layanan email di kantor menjadi lebih baik, barulah Anda mempresentasikannya kepada pihak manajemen. Memang menunjukkan bukti nyata seperti ini seringkali lebih meyakinkan bagi pihak manajemen.

Namun ini tidak disarankan, dan jelas prosesnya lebih menyulitkan Anda.

2.Dokumentasikan semua software yang ada, dan lalu cari solusi open-sourcenya.

Situs berikut ini mungkin akan berguna bagi Anda : http://linuxshop.ru/linuxbegin/win-lin-soft-en/

Disitu terdaftar ratusan software di Windows, berikut dengan alternatif open-source nya.

3.Buat menjadi proyek resmi dari divisi IT

Dengan menjadikannya sebagai proyek formal, maka akan mempermudah berbagai hal dalam pelaksanaannya: birokrasi, pengalokasian sumber daya perusahaan, dan lain-lain.

Sebuah situs mungkin dapat membantu Anda dalam menyusun proyek ini secara formal – http://www.method123.com Disitu ada berbagai contoh dokumen yang bisa digunakan untuk suatu proyek IT, yang disediakan secara cuma-cuma. Selanjutnya tinggal Anda modifikasi sesuai keperluan Anda.

TIPS: Migrasi paling mudah jika dilakukan dari sisi server terlebih dahulu. Bagi proses migrasi menjadi beberapa tahap. Atur agar server-server dimigrasikan pertama kali. Dan atur agar desktop/workstation di migrasikan paling terakhir.

4.Ajukan ke manajemen untuk disetujui

Setelah proyek migrasi tersebut disetujui oleh pihak manajemen, barulah Anda mulai mengerjakannya.

5.Test & Dokumentasi

Ini adalah salah satu tahap yang paling berat untuk dikerjakan. Sediakan beberapa komputer untuk Anda gunakan sebagai sarana uji coba. Pasang berbagai software open-source yang ingin Anda gunakan, dan lalu pastikan bahwa dapat digunakan di perusahaan Anda tanpa masalah.

6.Cari solusi

Dari dokumentasi masalah yang telah Anda susun di langkah sebelumnya, carilah solusinya. Sekaligus mencari solusi untuk semua masalah yang ada cenderung lebih menghemat waktu, dan juga membantu Anda untuk menyelesaikan masalah dengan perspektif yang lebih menyeluruh / with the big picture in mind.

Menyewa seorang konsultan open-source di tahap ini juga dapat sangat membantu Anda.

Jika masalahnya akan berkaitan dengan user, maka jangan lupa untuk memeriksa solusi tersebut dengan mereka. Seringkali solusi yang kita kira optimal ternyata sebetulnya berpotensi menyulitkan user yang bersangkutan.

7.Lakukan pilot test & Training

Pilot test adalah proses ujicoba yang langsung melibatkan user yang bersangkutan, namun dalam jumlah terbatas.

Misalnya, jika ada 100 user di divisi akunting, maka pilot test untuk divisi tersebut cukup dilakukan dengan 5 user saja.

Seringkali Anda akan menemukan berbagai hal yang perlu diperhatikan dari pilot test ini. Jangan lewatkan tahap yang satu ini.

Tahap pilot test ini juga dapat dimanfaatkan untuk men-training user. Untuk menghemat biaya dan waktu, Anda cukup men-training user yang mengikuti tahap pilot test ini. Lalu kemudian jadikan mereka sebagai instruktur untuk divisi mereka, dengan jadwal yang bias mereka atur sendiri.

8.Implementasi

Setelah Anda merasa yakin bahwa solusi ini akan bekerja tanpa masalah yang berarti, kini adalah saatnya untuk mengimplementasikannya.

Usahakan untuk melakukan implementasi di luar jam kantor, untuk meminimalkan dampak negatif ke produktifitas user.

9.Kembali ke langkah nomor 5

Kembali ke langkah 5, dan lakukan tahap berikutnya.

Ulangi sampai semua tahap proyek selesai dikerjakan, dan sistim yang baru berjalan dengan lancar.

10.Presentasikan keuntungan yang diraih

Terakhir, sebagai penutup proyek, lakukan presentasi singkat kepada pihak manajemen dan para wakil user (contoh: kepala divisi). Paparkan secara jelas, tanpa bertele-tele, berbagai keuntungan yang diraih dengan telah dilakukannya migrasi ini. Contoh: performa server di peak-hours naik 120%, licensing cost dialihkan untuk membayar jasa konsultan dan hanya terpakai 25% saja, dan seterusnya.

Jangan lupakan tahap ini, karena ini akan sangat membantu membangun kepercayaan dari pihak manajemen kepada divisi IT. Dan akan mempermudah pekerjaan Anda di masa depan.

Demikian 10 langkah yang perlu Anda lakukan dalam suatu proses migrasi ke solusi open-source. Semoga bermanfaat.